Saturday, August 17, 2013

HIZBUL TASKHIRUL A’DAA



Sayyidil Imam Masyriq wal Maghrib Asadullahil Gholib Sayyidina Ali Bin Abi Tholib Ra.
Assalamu’alaikum wr wb….
berikut ini adalah salah satu Hizib yang di ajarkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib. Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Beliau mempunyai banyak gelar yang diberikan Rasulullah SAW. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berada dalam pengasuhan langsung An-Nabi SAW, sehingga tidak heran jika beliau mempunyai banyak ilmu dan di gelari oleh Nabi SAW sebagai Kota Ilmu, diantara berbagai gelar yang ada, Sayyidina Ali terkenal dengan sebutan Al-Imam Masyriq wal Maghrib Asadullahil Gholib yang artinya Pemimpinnya/penghulunya segala yang ada di sebelah Barat dan Timur dan beliau adalah Singa Allah yang Perkasa. Harapan kami semoga artikel ini bermanfaat bagi para ikhwan. Apa yang kami tuliskan untuk para ikhwan di Kampus Wong Alus ini semata – mata dalam niat menjalankan SULUK kami. Sesederhana niat kami maka sesederhana pula permintaan kami kepada para ikhwan…semoga menyertakan kami dalam setiap doa yang kalian panjatkan kehadirat Allah SWT. Amin Allahumma Amiin. Berikut ini adalah Hizib Taskhirul A’daa dan tata caranya.
Kaifiatu ‘Amal   :
Al-fatehah liridho illahi ta’alaa wa syafaa’atin nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sallama wa libarokaati karoomaati auliyaa illahi ta’alaa was-sholihin wa ridho walidayni li qodho-i haajatii….( niat )…wa ila hadrotin nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sallama, wa nabiyullah Khidir Balya ibni Mulkan AS. Khususon ila hadrotin Al-Imam Masyriq wal Maghrib Asadullahil Gholib Sayyidina Ali bin Abi Tholib, wa man ajazani Al-Habib Muhammad bin Ali Syahab – Palembang. Bisirril Al-fatehah….



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اللهمَّ سَخِّرْلِى اَعْدَائِ كَمَا سَخَّرْتّ الرِّيْـــحَ لِسُلَيْمَانَ اِبْنِ دَاوُدَ عَلَيْهِمَالسَّلَام, وَلَيِّنْهُمْ لِى كَمَا لَيَّنْتَ الْحَدِيْدَ لِدَاوُد عَلَيْهِ السَّلَام, وَذَلِّلْهُمْلِى كَمَا ذَلَّلْتَ فِرْعاَوْنَ لِمُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَام ,  وَاَقْهِرْهُمْ لِى كَمَا قَهَّرْتَ اَبَاجَهْلٍ لِمُحَمَّدٍ ص.ع , بِحَقِّ كـهـيـعـص حـم عـسـق, صُمٌّ بُقْمُ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَرْجِعُــون, صُمٌّ بُقْمُ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَعْقِلُن, فَسَيَقْ فِيكَهُمُ الله وَهًوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم, وَصَلَّ اللهً عَلَى سَيِّدِنَا مًحَمَّدٍ وَآلِهِ اَجْمَعِيْنَ.
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ بِحُرْمَةِ كـهـيـعـص حـم عـسـق وَلَاحَوْل وَلَاقُوَّةَ اِلَّابِااللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم ×7
Saat pembacaan huruf : Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shood – Haa Miim ‘Aiin Siin Qoof, lakukan dengan tahan nafas. Setelah selesai pembacaan hizib lalu meniupkan bacaan itu ke enam penjuru ( Depan – Belakang – kanan – kiri – atas – Bawah ) Insya Allah bagi yang mengamalkannya akan terpelihara dari bahaya apapun, dan semuanya tunduk kepadanya. Pengaruh doa ini sangat besar sekali. Musuh akan tunduk dan tidak akan berkutik sama sekali, sehingga tidak bisa mengganggunya. Akhirul kalam…inilah sadaqoh ilmu untuk para ikhwan.
Semoga bermanfaat. Barakalloh fikum…
Wabillahit-taufiq wal Hidayah, wassallamu’alaikum wr wb.

HIZAB AL-MASTUR (Dinding Ghaib Yang Menutupi Dan Menyembunyikan)



Assalamu’alaikum wr wb….
Sebelumnya marilah kita merenung sejenak mengkaji dan bermuhasabah akan diri dan segala bentuk maksiat lahir maupun batin yang telah kita lakukan. Pernahkah kita sadar, terkadang didalam diri seorang pengamal / penganut spiritual ada sesuatu kesombongan.
Dia muncul karena ketidak sadaran kita dan kelemahan akan Iman yang ada didalam Qolbu. Terkadang tidak sadar, merasa diri ini berisi dengan Ilmu Hikmah tingkat tinggi, bisa melihat ghaib atau mengetahui keadaan seseorang ( istilah kawan-kawan di scanning ) tanpa sadar tergoda untuk mencobakan ilmu tadi ?? Akhirnya timbul reaksi dari pihak lawan. Yang tadinya tidak tahu jadi tahu dan mengadakan reaksi balasan. Beruntung kalo kesudahannya dengan Happy Ending, yang ditakutkan kalo masing-masing pihak tidak bisa menahan diri. Terus saja mengirim serangan. Tidak puas pake bom Molotov, dicobalah Rudak Scuut, belum berhasil Nuklir 2011 pun dikeluarkan. Masya Allah….!!!
Yang lebih mengherankan, tindakan tidak gentleman sebagai seorang yang berilmu ( Biasanya aliran Hitam ) mencoba melakukan suatu serangan terhadap seseorang yang jelas-jelas tidak pernah mempelajari Ilmu Hikmah. Yang akhirnya mengakibatkan suatu penderitaan kepada yang diserang. Istilah yang masyhur adalah santet, tenung atau teluh.
Prihatin akan keadaan itulah, kami berniat membabarkan salah satu bacaan yang dikalangan Habaib disebut dengan nama Hizab Al-Mastur ( Dinding tersembunyi yang tidak terlihat ). Ayat yang tertulis dibawah ini adalah potongan ayat dari surah Al-Isra : 45-46 dan Surah At-taubah : 129. Faedahnya antara lain adalah untuk menjadikan Dinding yang tidak terlihat oleh jin ( Khodam jin ), menghilangkan was-was yang datangnya dari syeton, dan mengusir yang jahat dari golongan jin dan syeton dari segala bentuk gangguan mereka.Dan menghilangkan segala bentuk khayalan yang ada didalam pikiran kita disebabkan bisikan dan gangguan mereka dari golongan Jin atau syetan.
Reaksi dari amalan ini bukanlah perlawanan, tetapi lebih seperti dinding yang menutupi sipembaca. Sehingga keadaannya tidak bisa dideteksi ( discanning ) oleh pihak lawan. Akibatnya bisa dimaklumi, karena serangan yang ditujukan tidak ada reaksi seakan-akan hilang lenyap tanpa arah, bisa dipastikan timbul ‘kemalasan’ atau malah membatalkan sama sekali serangan ghoib tadi. Dan ini jauh lebih bijaksana menurut saya dari pada meladeni hal-hal seperti itu. Sahabat-sahabat kami semasa di Majelis dulu lebih menyukai pembacaan wirid ini, dan mereka selalu menganjurkan untuk kami dawamkan. Alhamdulillah…walaupun kadang terlupa tapi tidaklah lepas sama sekali. Kami persilahkan bagi para ikhwan jika ingin mencoba mengamalkan wirid ini. Berikut tata caranya  :
Kaifiatu ‘Amal   :
Al-fatehah liridho illahi ta’alaa wa syafaa’atin nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sallama wa libarokaati karoomaati auliyaa illahi ta’alaa was-sholihin wa ridho walidayni li qodho-i haajatii….( niat )…wa ila hadrotin nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sallama, wa ilaa Hadrotin Nabiyullah Khidir Balya ibni Mulkan AS. Tsumma ila hadrotin Al-Habib Ali bin Hasan bin Abdullah bin Husein bin Shohibur ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attos, wa khususon Ila Hadrotin Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghozaly at-tusi Ra. Bisirril al-fatehah….


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
وَاِذَا قَرَأْت الْقُرْآنَ جَعَلْنَابَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينِ لا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاخِرَة حِجَابٌا مَّسْتُوْرًا, وَجَعَلْنَا عَـلَـى قُلَوْبِهِمْ أَكِنَّةٌ أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِى أذَانِهِمْ وَقْرٌا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِى الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَــلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُـــــــــوْرٌا, فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَإِلهَ  إِلأ هُوَ عَلـــــــــــــَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَـرْشِ الْعَظِـــــــــــــــــــــــــــــــــــيْم

Bismillahir rahmaanir rohiim…
Wa idza qoro’tal qur’ana ja’alna bainaka wa bainal-ladziina laa yukminuuna bil aakhiroti hijaabaan mastuuroo. Wa ja’alna ‘alaa quluubihiim akinnatan an yafqohuuhu wa fii adzaanihim waqroo, wa idzaa dzakarta robbaka fiil qur’aani wahdahu, wallau ‘alaa ad-baarihim nufuuroo.Faa-in tawallaw faqul hasbiyallahu Laa Ilaaha illa Huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul ‘arsyil ‘adhii.3x
Ma’nanya :
Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, Dan kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang Karena bencinya,( Qs.Al-Israa : 45-46 )
Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiKu; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal dan dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. ( QS.At-taubah : 129 )
Waktu yang tepat membaca amalan ini adalah setelah sholat fardhu atau sekurang-kurangnya ba’da maghrib dan shubuh. Setelah membaca wirid itu maka tiupkanlah bacaan tadi kesekujur badan tanpa ada yang tertinggal. Pembacaan boleh dilakukan senafas atau biasa saja. Karena sesungguhnya syetan atau jin tidak mempunyai kekuatan terhadap diri seseorang yang bertawakkal / berserah diri kepada Allah SWT.
Kami kira cukup sekian penjelasan kami. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian. Sesungguhnya kesalahan berasal dari kami dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Barakalloh…
Wabillahit-taufiq wal Hidayah, wassallamu’alaikum wr wb.

Sunday, May 12, 2013

Tanda-Tanda Hati Mati.


Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.
Sahabatku, inilah diantara tanda-tanda hati yang mati
1."Tarkush sholah" Berani meninggalkan sholat fardhu
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS 7:3)
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca bahkan menjauh dengan ayat-ayat Alqur'an
4. "Hubbul ma'asyi" Terus menerus ma'siyat
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama
7, "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat
8. "Himmatuhul bathni" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya
10. "Anaaniyyun" tidak mau tau, "cuek" atau masa bodoh keadaan orang lain, saudara bahkan bisa jadi keluarganya sekalipun menderita
11. "Al intiqoom" Pendendam hebat
12. "Albukhlu" sangat pelit
13, "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan dan dengki.

Monday, September 10, 2012

Hakekat ADAB

Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy
Allah swt. berfirman:"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (Q.s. An-Najm: 17).

Dikatakan bahwa ayat ini berarti, "Nabi melaksanakan adab di hadiratAllah." Allah swt. berfirman: "’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. " (Q.s. At-Tahrim: 6).

Mengomentari ayat ini, Ibnu Abbas mengatakan, "Didiklah dan ajarilah mereka adab."

Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. telah bersabda, "Hak seorang anak atas bapaknya adalah si bapak hendaknya memberinya nama yang baik, memberinya susu yang murni dan banyak, serta mendidiknya dalam adab dan akhlak
Sa’id bin al-Musayy-ab berkata, "Barangsiapa yang tidak mengetahul hak-hak Allah swt. atas dirinya dan tidak pula mengetahui dengan baik perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, berarti tersingkir dari adab."

Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mendidikku dalam adab dan mendidikku dengan sangat baik. "’ (H.r. Baihaqi)

Esensi adab adalah gabungan dari semua akhlak yang baik. jadi’ orang yang beradab adalah orang yang pada dirinya tergabung perilaku kebaikan, dari sini muncul istilah ma’dubah yang berarti berkumpul untuk makan-makan.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Seorang hamba akan mencapai surga dengan mematuhi Allah swt. Dan akan mencapai Allah swt. dengan adab menaati-Nya." Beliau juga mengatakan,"Aku. melihat seseorang yang mau menggerakkan tangannya untuk menggaruk hidungnya dalam shalat, namun tangannya terhenti." Jelas bahwa yang beliau maksudkan adalah diri beliau sendiri.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq tak pernah bersandar pada apa pun jika sedang duduk. Pada suatu hari beliau sedang berada dalam suatu kumpulan, dan saya ingin menempatkan sebuah bantal di belakang beliau, sebab saya melihat beliau tidak punya sandaran. Setelah saya meletakkan bantal itu di belakangnya, beliau lalu bergerak sedikit untuk menjauhi bantal itu. Saya mengira beliau tidak menyukai bantal itu karena tidak dibungkus sarung bantal.

Tetapi beliau lalu menjelaskan, "Aku tidak menginginkan sandaran." Setelah itu saya merenung, ternyata beliau memang tidak pernah mau bersandar pada apa pun.

Al-Jalajily al-Bashry berkomentar, "Tauhid menuntut keimanan, jadi orang yang tak punya iman tidak bertauhid.

Iman menuntut syariat, jadi orang yang tidak mematuhi syariat berarti tak punya iman, dan tauhid. Mematuhi syariat menuntut adab, jadi orang yang tak mempunyal adab tidak mematuhi syariat, tidak memiliki iman dan tauhid."

Ibnu Atha’ berkata, ‘Adab berarti terpaku dengan hal-hal yang terpuji." Seseorang bertanya, "Apa artinya itu?"
Dia menjawab, "Maksudku engkau harus mempraktikkan adab kepada Allah swt baik secara lahir dan batin. Jika engkau berperilaku demikian, engkau memiliki adab, sekalipun bicaramu tidak seperti bicaranya orang Arab." Kemudian dia membacakan Syair : Bila berkata, ia ungkapkan dengan manisnya. Jika diam, duhai cantiknya.

Abdullah al-Jurairy menuturkan, "Selama duapuluh tahun dalam khalwatku, belum pernah aku melonjorkan kaki satu kali pun ketika duduk Melaksanakan adab pada Allah swt. adalah lebih utama."

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan, "Orang yang bersekutu dengan raja-raja tanpa adab, ketololannya akan menjerumuskan pada kematian."

Diriwayatkan ketika Ibnu Sirin ditanya, "Adab mana yang lebih mendekatkan kepada Allah swt.?" Dia menjawab, "Ma’rifat mengenal Ketuhanan-Nya, beramal karena patuh kepada-Nya, dan bersyukur kepada-Nya atas kesejahteraan dari-Nya., serta. bersabar dalam menjalani penderitaan."

Yahya bin Mu’adz berkata, "Jika, seorang ‘arif meninggalkan adab di hadapan Yang Dima’rifati, niscaya dia akan binasa bersama mereka yang binasa."

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan, "Meninggalkan adab mengakibatkan pengusiran. Orang yang berperilaku buruk di pelataran akan dikirim kembali ke pintu gerbang. Orang yang berperilaku buruk di pintu gerbang akan dikirim untuk menjaga binatang."

Ditanyakan kepada Hasan al-Bashry, "Begitu banyak yang telah dikatakan tentang berbagai ilmu sehubungan dengan adab. Yang mana diantaranya yang paling bermanfaat di dunia dan paling efektif untuk akhirat?" Dia menjawab, "Memahami agama, zuhud di dunia, dan mengetahui apa kewajiban-kewajiban terhadap Allah swt."

Yahya bin Mu’adz berkata, "Orang yang mengetahui dengan baik adab terhadap Allah swt. akan menjadi salah seorang yang dicintal Allah swt."

Sahl bin Abdullah mengatakan, "Para Sufi adalah mereka yang meminta pertolongan Allah swt. dalam melaksanakan perintah perintah-Nya dan yang senantiasa memelihara, adab terhadap-Nya."

Ibnul Mubarak berkata, "Kita lebih membutuhkan sedikit adab daripada banyak pengetahuan. " Dia juga mengatakan, "Kita mencari ilmu tentang adab setelah orang-orang yang beradab meninggalkan kita."

Dikatakan, "Tiga perkara yang tidak akan membuat orang merasa asing:
1. menghindari orang yang berakhlak buruk.
2. memperlihatkan adab dan
3. mencegah tindakan yang menyakitkan."

Syeikh Abu Abdullah al-Maghriby membacakan syair berikut ini tentang adab:Orang asing tak terasing bila dihiasi tiga pekerti ;menjalankan adab, diantaranya, dan kedua berbudi baik dan ketiga menjauhi orang-orang yang berakhlak buruk.

Ketika Abu Hafs tiba di Baghdad, al-Junayd berkata kepadanya, "Engkau telah mengajar murid-murldmu untuk berperilaku seperti raja-raja!" Abu Hafs merjawab, "Memperlihatkan adab yang baik dalam lahiriahnya, merupakan ragam dari adab yang baik dalam batinnya."
Abdullah ibnul Mubarak berkata, "Melaksanakan adab bagi seorang ‘arif adalah seperti halnya tobatnya pemula."

Manshur bin Khalaf al-Maghriby menuturkan, "Seseorang mengatakan kepada seorang Sufi, Alangkah jeleknya adabmu!’ Sang Sufi menjawab, Aku tidak mempunyai adab buruk.’ Orang itu bertanya, ‘Siapa yang mengajarmu adab?’ Si Sufi menjawab, ‘Para Sufi.’

Abu an-Nashr as-Sarraj mengatakan, "Manusia terbagi tiga kategori dalam hal adab:
1) Manusia duniawi, yang cenderung memprioritaskan adabnya dalam hal kefasihan bahasa Arab dan sastra, menghapalkan ilmu-ilmu pengetahuan, nama-nama kerajaan, serta syair-syair Arab; 2) Manusia religius yang memprioritaskan dalam olah jiwa, mendidik fisik, menjaga batas-batas yang ditetapkan Allah, dan meninggalkan hawa nafsu; 3) Kaum terpilih (ahlul khushushiyah) yang berkepedulian pada pembersihan hati, menjaga rahasia, setia kepada janji, berpegang pada kekinian, menghentikan perhatian kepada bisikan-bisikan sesat, dan menjalankan adab pada saat-saat memohon, dan dalam tahapan-tahapan kehadiran dan taqarrub dengan-Nya."

Diriwayatkan bahwa Sahl bin Abdullah mengatakan, "Orang yang menundukkan jiwanya dengan adab berarti telah menyembah Allah dengan tulus."

Dikatakan, "Kesempurnaan adab tidak bisa dicapai kecuali oleh para Nabi - semoga Allah melimpahkan salam kepada mereka dan penegak kebenaran (shiddiqin)."

Abdullah ibnul Mubarak menegaskan, "Orang berbeda pendapat mengenai apa yang disebut adab. Menurut kami, adab adalah mengenal diri."

Dulaf asy-Syibly berkata, "Ketidakmampuan menahan diri dalam berbicara dengan Allah swt. berarti meninggalkan adab."

Dzun Nuun al-Mishry berkomentar, "Adab seorang ‘arif melampaui adab siapa pun. Sebab Allah Yang dima’rifati, Dialah yang mendidik hatinya. "

Salah seorang Sufi mengatakan, ‘Allah swt. berfirman: Barangsiapa yang Aku niscayakan tegak bersama Asma dan Sifat-Ku, maka Aku niscayakan adab padanya. Dan siapa yang Kubuka padanya, jauh dari hakikat Dzat-Ku, maka Aku niscayakan kebinasaan padanya. Pilihah, mana yang engkau sukai: adab atau kebinasaan’."

Suatu hari Ibnu Atha’ yang menjulurkan kakinya ketika sedang berada bersama murid-muridnya, berkata, "Meninggalkan adab di tengah-tengah kaum yang memiliki adab adalah tindakan yang beradab. " Statemen ini didukung oleh hadis yang menceritakan Nabi saw. sedang berada bersama Abu Bakr dan Umar. Tiba-tiba Utsman datang menjenguk beliau. Nabi menutupi paha beliau dan bersabda, "Tidakkah aku malu di hadapan orang yang malaikat pun malu di hadapannya?"

Dengan ucapannya itu Nabi menunjukkan bahwa betapapun beliau menghargai keadaan Utsman, namun keakraban antara beliau dengan Abu Bakr dan Umar lebih beliau hargai. Mendekati makna, konteks ini mereka, para Sufi bersyair berikut:
Padaku penuh santun nan ramah, maka, bila berhadapan dengan mereka yang memiliki kesetiaan dan kehormatan, kubiarkan aku mengalir aku berbicara apa adanya tanpa malu-malu.

Al Junayd menyatakan, "Manakala cinta sang pecinta telah benar, ketentuan-ketentuan mengenai adab telah gugur."

Abu Utsman al-Hiry mengatakan, "Manakala cinta telah menghujam sang pecinta, adab, akan menjadi keniscayaannya."

Ahmad an-Nury menegaskan, "Barangsiapa tidak menjalankan adab di saat kini, maka sang waktunya akan dendam padanya.

Dzun Nuun al-Mishry berkata, "Jika seorang pemula dalam jalan Sufi berpaling dari adab, maka dia akan dikembalikan ke tempat asalnya.

Mengenai ayat:"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru kepada Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang " (Q.s. Al-Anbiya’: 83).

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq memberikan penjelasan, ‘Ayub tidak mengatakan, ‘Kasihanilah aku!’ (irhamny), semata karena beradab dalam berbicara kepada Tuhan."

Begitujuga Isa as. mengatakan:"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. " (Q.s. Al-Maidah: 118).

"Seandainya aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. " (Q.s. Al-Maidah: 116).

Komentar Syeikh ad-Daqqaq, "Nabi Isa mengucapkan,’Aku tidak menyatakan’ (lam aqul), semata karena menjaga adab di hadapan Tuhannya."

Al-Junayd menuturkan, "Pada hari jum’at di antara orang-orang salihin datang kepadaku, dan meminta, ‘Kirimlah salah seorang fakir kepadaku untuk memberikan kebahagiaan kepadaku dengan makan bersamaku."

Aku pun lalu melihat ke sekitarku, dan kulihat seorang fakir yang kelihatan lapar. Kupanggil dia dan kukatakan kepadanya, ‘Pergilah bersama syeikh ini dan berilah kebahagiaan kepadanya.’ Tak lama kemudian orang itu kembali kepadaku dan berkata, ‘Wahai Abul Qasim, si fakir itu, hanya makan sesuap saja" dan pergi meninggalkan aku!’
Aku menjawab, ‘Barangkali Anda mengatakan sesuatu yang tak berkenan pada benaknya.’
Dia menjawab,’Aku tidak mengatakan apa-apa.’
Aku pun menoleh, tiba-tiba si fikir duduk di dekat kami dan aku bertanya kepadanya, ‘Mengapa engkau tidak memenuhi kegembiraannya?’
’Dia menjawab, ‘Wahai syeikh, saya meninggalkan Kufah dan pergi ke Baghdad tanpa makan sesuatu pun. Saya tidak ingin kelihatan tak sopan di hadapan Anda karena kemiskinan saya, tetapi ketika Anda memanggil saya, saya gembira karena Anda mengetahui kebutuhan saya sebelum saya mengatakan apa-apa.
Saya pun pergi bersamanya, sambil mendoakan kebahagiaan surga baginya.
Ketika saya duduk di meja makannya, dia menyuguhkan makanan dan berkata, ‘Makanlah ini, karena aku menyukainya lebih dari uang sepuluh ribu dirham.
’Ketika saya mendengar ucapannya itu, tahulah saya bahwa citarasanya rendah sekali. Karenanya, saya tak suka makan makanannya.’
Aku menjawab, ‘Tidakkah aku telah mengatakan kepadamu bahwa engkau bertindak tak beradab dengan tidak membiarkannya bahagia?’
Dia berkata, ‘Wahai Abul Qasim, saya bertobat!’
Maka aku pun lalu menyuruhnya kembali kepada orang saleh itu dan menggembirakan hatinya."

Tingkatan Wali

Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :


Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.

Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.


Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.


Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.


Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.


Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.


Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.


Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.

Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.

Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.


Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw.

Jangan Mengklaim Diri sbg Seorang Syekh

Kutipan shuhba Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS
Indonesia , September 6, 2004

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. [4.59]

Kita berharap bahwa kita akan patuh pada Allah dan nabi-Nya, dan
pada shuyuk kita, karena kita tak ingin mengklaim sesuatu yg tidak
kita miliki.

Ada yg mengklaim bahwa diri mereka tahu sesuatu. Ada yg mengklaim
tahu banyak. Ada juga yg mengklaim tahu akan "segalanya" lalu mereka
menunjuk diri mereka sendiri sebagai syekh2 meskipun mereka jauh
dari predikat syekh. Tingkat seorang syekh sangat sulit di capai,
jadi janganlah mengklaim sesuatu yg tidak kita miliki.

Seperti firman Allah dalam kitab suci Al qur'an :
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahim, Wa la tuzakku anfusakum – janganlah
kamu mengatakan dirimu suci [53:32]

Jangan puji dirimu sendiri, atau janganlah mengklaim sesuatu yg
tidak kalian miliki.
Ada orang2 yg saat mendapat sebuah gelar dari suatu universitas (
bahkan belum menjadi seorang PhD ) mereka merasa mampu mengatur
dunia. Bahkan mereka yg telah meraih gelar PhD, mereka pikir bisa
mengatur negara.

Ada juga orang2 yg berpikir, jika mereka mengikuti orang suci (
syekh asli ) , mereka pikir telah mengetahui segalanya. Lalu
mulailah menyebarkan ego mereka yg telah terkontaminasi, ego mereka
adalah kesombongan, maka tersebarlah penyakit ini ke seluruh murid2
yg tidak menyadarinya.

Ada lagi orang2 yang setelah mengikuti suluk, mereka pikir diri
mereka telah jadi orang suci, dan nama mereka harus di cetak dan di
publikasikan dgn bersinar-sinar untuk menunjukkan bahwa mereka
adalah orang suci, dan masyarakat wajib mendengarkan mereka.

Kita harusnya sadar bahwa jika mengikuti seorg syekh sbg muridnya,
saat kita mendapat manfaat dari beliau atau kita melakukan suluk,
kita ini masih tak ada apa2nya, dan kita masih dlm proses pelatihan.
Kita belum menghilangkan penyakit2 kita. Kita masih harus
dikarantina agar setelah itu kita bisa dilepas pada masyarakat.

Beberapa orang , jika mereka menjadi imam di masjid, mereka pikir
bisa mengatur semua umat muslim. Mereka yg punya tanggung jawab pada
sekolah atau universitas, mereka kira dapat mengatur tiap orang.
Mereka tak merasa bahwa mereka bukanlah apa2.

Jika seseorang tahu cara berdzikir, saat dia duduk dan mulai
berdzikir, dia pikir dia akan menyebarkan spiritualitas pada semua
orang- dia tak sadar bahwa dirinya masih terkontaminasi dengan
kesombongan dan arogansi.

Otorisasi/ pengesahan adalah penting dlm Islam, dalam syariat dan
dalam tarekat. Kami menyebut ijin ini Ijazah ( bhs arab ). Artinya
sebuah limpahan wewenang untuk seorang calon yg telah belajar pada
para syekh, dari seorang syekh ke syekh-syekh berikutnya sampai
salah satu dari keempat Imam. Ini dalam Shariah. Seseorang harus
memilikinya- seperti saat ini ada universitas yg gelar PhDnya dari
Shariah Islam. HAL INI TAK ADA NILAINYA dibanding ajaran Shariah
dulunya.

Ajaran shariah dulunya harus mendapat transmisi langsung dari syekh
kalian, dari syekhnya lagi sampai grandsyekhnya, terus .. sampai
Imam Shafi'i.
Dia harus terhubung seperti itu. Dan Imam Shafi'i— dari Tabi'een yg
mana beliau mendapat instruksi itu? Dan beliau itu, dari kelompok
mana beliau mendapat instruksi ? harus punya silsilah seperti ini.
Silsilah ini dapat menuju Imam Abu Hanifa atau Imam Ibn Hanbal. Atau
Imam Malik. Harus mempunyai rantai transmisi. Kalau tidak, ijasah
mereka adalah nol, tak diperhitungkan.

Dalam Tariqah, sama. Dalam spiritualitas. Dalam realitas ruh diatas
ruh, dalam mempelajari makrifat. Pelajaran ini harus melalui sebuah
silsilah, rantai para syekh. Dari satu syekh ke syekhnya lagi
seterusnya..sampai para grand syekh, sampai Sayyidina Abu Bakr as-
Siddiq (ra) atau Sayyidina `Ali (ra), karena dari merekalah asal
tariqah, ke 41 tariqah.
Mereka semua bisa berasal dari Sayyidina Abu Bakr (ra) atau dari
Sayyidina `Ali (ra). Beliau yang memimpin langsung menuju hati Nabi
Muhammad saw. Jika silsilah tsb tidak ada, berarti orang2 yg merasa
diri mereka telah di beri pengesahan – maka pengesahannya itu adalah
nol.

Tak seorangpun bisa mengatakan dan mengklaim bahwa " Nabi datang
lewat mimpi saya" atau mengklaim bahwa Nabi mendatangi ini itu,
atau mengatakan " Saya pergi ke sana dan mendapati diri saya
menerima wewenang dalam hal ini dan itu" . Hal ini tidak dapat
diterima.

Sekarang ini , para syekh yg mengira diri mereka ( karena mereka
bermimpi, atau sedang tidur, dan saat bangun mereka melihat
sesuatu ) lalu seketika itu mereka menjadi orang yg punya wewenang.

Jika demikian, lebih baik Sayyidina Muhammad (saw) diberi wewenang
melalui sebuah mimpi atau sebuah penglihatan. Namun bukan terjadi
seperti itu. Beliau membutuhkan Sayyidina Jibril (as). Sayyidina
Muhammad (s), bermeditasi selama 40 th, ber khalwat, suluk, di Gua
Hira, dan beliau membutuhkan…

Beliau tak pernah mengatakan : " Saya melihat ini, saat berdoa pada
Allah, saat bersujud pada Allah,"
Sampai Jibril (as) datang pada beliau dan memberinya ( wahyu )
secara nyata/fisik. Tidak mungkin lewat mimpi ! bukan pula dlm
kondisi koma! Tidak mungkin pula saat pingsan! Tak mungkin dlm
keadaan apapun kecuali secara fisik/nyata. Hal itu harus diberikan.

Dan kita mengikuti jejak nabi saw. Hal itu diberikan pada nabi (
saw ) – dari Allah ( swt ) pada Jibril(as); kemudian dari Jibril
kepada nabi ( saw ). Sebuah rantai penerus.
Jika kita katakan segala sesuatu datang lewat mimpi, itu boleh saja.
Tapi mengapa nabi (saw ) tidak menerima wahyu lewat mimpi ?
Atau saat beliau koma, hasha ? Atau mengapa beliau tidak menerima
wahyu dgn memakai cara berbeda tanpa arti yg menggambarkan secara
fisik ? Beliau melihat Jibril (as) secara nyata! Jibril (as)
memeluknya.

Beliau mengatakan, Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahim, dgn sebuah pesan
Islam, "Iqra'." Iqra bismi Rabbik alladhee khalaq." -
"Bacalah dengan nama Allah, Tuhan Maha Pencipta."
Sayyidina Jibreel datang dari kaki langit, menutup seluruh horizon,
dan beliau datang pada Nabi Muhammad (saw) seraya berkata :

"Ya Muhammad (s), Iqra - bacalah."
Nabi saw bertanya , "Apa yg akan ku baca? "
Jawab Jibril as : " Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. [96.5]

Secara nyata Jibril mengajari Nabi saw.
Saat Ramadan, Nabi as sering mempelajari Quran dari Jibreel (as).
Dalam Hadist nabi : kaana yatadarras al-Qur'an ma` Jibreel. " Dia
sering belajar Qur`an dgn Jibril."

Untuk itu nabi saw membutuhkan pembukaan batin secara fisik, wahyu,
dari Allah (swt). Allah (swt) mengutus Jibril untuk menemui Nabi
saw.

Bagaimana dgn kita sekarang ini, orang2 di seluruh dunia, yang
telah mendapat sebuah mimpi atau diperintah oleh mimpinya.
Ya, hal ini boleh saja. Jika kalian diminta melakukan sesuatu,
kalian laksanakan. Namun yang kalian lakukan terbatas. Tak ada
sebuah dukungan. Tak ada pendukung dibelakangnya. Tanpa dukungan,
suatu saat hal itu akan rusak, habis sudah. Musnah.

Bahkan saat datang dgn wahyu, Jibril melatih Nabi saw, beliau angkat
nabi, beliau kirimkan pesan2 dari Allah swt. Setelah 2 th, Jibril
dikirim secara fisik/nyata. Tiap beliau datang membawa wahyu,
biasanya selalu secara nyata. Tak pernah Nabi saw mengatakan
" Saya menerima Qur'an lewat mimpi."
Nabi menerima Quran lewat wahyu melalui Jibril as.


Dan dhikrullah diambil dari Qur'an, nama2 Allah yg indah. Jadi untuk
melakukan dzikir, harus secara fisik melalui seorang guru. Kalian
tak bisa mengatakan, " Saya tak butuh seorang guru. Saya tak butuh
seorang pemandu!" Allah meminta Jibreel sebagai pemandu nabi
(saw).

Dalam waktu 2 tahun setelah nabi saw menyampaikan wahyu, Allah
memanggil Nabi saw menuju kehadapan-Nya.
Maka Jibreel (as) harus membawa beliau secara fisik pada malam
Isra'i wa 'l-Mi`raaj. Seperti bulan ini kita berada dlm Lailatu 'l-
Isra'i wa 'l-Mi`raj. Secara fisik Jibril as membawa beliau dan
Allah memberinya kendaraan , al-buraaq. Nabi saw mampu pergi tanpa
buraaq. Nabi mampu "naik" lewat mimpi, tanpa tubuh beliau mampu
naik ke atas. Namun, malam itu beliau bersama raganya. Ruh beliau
menuju ke hadapan Allah.

Artinya secara fisik kalian membutuhkan seorang guru untuk mengajari
dan memandu kalian seperti halnya Nabi yg membutuhkan buraaq, dan
membutuhkan Jibril (as), untuk mengantar beliau sampai ke hadapan
Ilahi.

Ada buah2an asli dan buah2an plastik. Buah asli ada rasanya, saat
kalian makan, kalian rasakan manisnya buah itu. Buah dari plastik,
atau yg terbuat dari kertas – bisa kalian memakan kertas, namun tak
ada rasa. Kalian dapat memakan plastik tapi tak ada rasanya.

Jadi Dhikrullah dengan syekh yg telah diberi wewenang melalui rantai
orang2 suci sampai menuju Nabi saw— itulah dhikir yg punya rasa.
Dhikrullah, tiap Asmullah ul-Husna— nama2 indah & atribut milik
Allah swt — rahasia nama2 Allah akan dihiaskan pada kalian. Kalian
akan mendapatkan penampilan itu dan Allah akan melimpahkan rahmatnya
pada seseorang saat dia berdhikr, karena dia terhubung, melalui
hatinya, melalui shaykhnya, pada grandshaykh, dan seterusnya
sampai Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq (ra) ataupun Sayyidina `Ali
(ra), dan kemudian pada Nabi Muhammad saw.

Syekh yg lain, yg mengira dirinya seorang syekh namun tanpa wewenang
ataupun melalui sebuah silsilah, yg mengklaim diri sendiri sebagai
seorang syekh – dhikirnya tak berasa manis. Suatu saat akan hilang.
Allah swt memberi sebuah karakteristik pada nabi saw yg Dia tak
memberikannya pada siapapun. Kerendahan hati.

Sayyidina Muhammad (s) adalah orang yg paling rendah hati. Jika
kalian rendah hati, kalian akan mendapat pengetahuan spiritual.
Saat kalian arogan dan bangga pada diri sendiri, kalian akan
dilemparkan seperti mereka yg punya gelar yg didapat dari belajar
Islam di universitas, namun tanpa ruh , tanpa jiwa – tak ada
kemanisan disana atau rasa didalamnya.
Mereka mempelajari huruf2 yg digabung bersama.

Di lain pihak, seorang `Arif billah— ahli makrifat, dia tidak
mempelajari huruf2. Namun guru mereka mengajari makna dan rahasia
dibalik huruf2. Mereka mulai memilah arti yg tak seorangpun dapat
memilahnya. Dan ini dilakukan dgn rendah hati.

Jika sombong, kalian akan jadi iblis. Iblis adalah sombong. Jadi
jangan menjadi seorang yg arogan. Rendah hatilah. Saat kalian
merendahkan diri, orang akan mencintaimu. Saat orang2 mencintaimu,
syekh kalian akan membawa kalian mendekati beliau. Saat beliau
membawa kalian utk mendekat, beliau akan membawa kalian melewati
silsilah untuk mencapai cinta dan penglihatan akan nabi Muhammad
saw.

Dulu ada seorang raja yg dikirimi seorang budak- raja pada masa itu
biasanya punya banyak budak.
Orang2 biasa membeli budak dari berbagai negara di dunia. Hal itu
seperti sebuah perdagangan, dalam suatu periode. Jadi mereka
memberi raja sebuah hadiah, seorang budak. Namun pembantu itu ( yg
dikirim pada raja ) adalah seorang yg baik - jika kalian tak mau
menyebutnya sbg seorang budak.

Lalu raja menanyakan beberapa pertanyaan. Beliau bertanya saat
mereka menghadirkan pembantu itu, "Siapa namamu? "
Jawabnya, " Tuanku, seorang budak tidak punya sebuah nama. Apapun yg
tuan sebut dia, dia harus menjawabnya. Sebelum anda, saya pernah
bersama tuan2 yg lain. Dan mereka memanggil saya berbeda-beda. Tugas
saya adalah menjawab tuan. Tugas saya bukanlah untuk mempunyai
sebuah identitas, sebuah nama. Saya tak punya nama."

Lalu raja bertanya , "Pakaian apa yg sepantasnya saya berikan
padamu ?"
Jawab si budak, "Oh tuanku, saya tak punya pilihan. Di hadapan
baginda, saya tak punya pilihan, juga saat di hadapan tuan2 saya
sebelumnya, saya tak punya pilihan. Seorang budak mengiyakan apa yg
dikatakan tuannya. Jika tuan saya berkata: Pakai baju merah ini.
Maka saya melakukannya. Pakai baju biru ini. Sayapun memakainya.
Jika hijau, saya pakai itu. Jika beliau menyuruh untuk tak memakai
apapun, saya tak akan memakai apapun. Hal ini adalah pilihan tuan.
Bukan pilihan saya. "

Dengar baik2.

Beliau bertanya, " Makanan apa yg paling kamu suka ?"
Jawabnya, " Oh tuan, makanan apapun yg mereka berikan pada saya utk
dimakan, saya makan. Jika mereka memberi nasi, saya makan nasi. Jika
mereka memberi roti, saya makan roti, jika mereka memberi daging,
saya makan daging. Jika mereka memberi rumput, saya makan rumput.
Jika mereka memberi buah, saya makan buah. Tak ada pilihan buat saya
di hadapan tuan."

Lalu raja akhirnya berkata, " Budakku, pembantuku, jadi apa yg bisa
kulakukan untukmu ?
Jawabnya, "Oh Tuanku, apakah seorang budak punya keinginan dihadapan
tuannya ? Budak adalah dibawah kehendak raja, tuannya. Anda memilih
apa yg bagus buat saya, lalu anda beri itu pada saya. "

Kata raja, "Oh pembantuku, kamu seorang muslim sejati. Dan lebih
baik kamu memimpin negara ini daripada aku. Kamu seorang raja, dan
saya pendukungmu."

Saat seorang hamba memperlihatkan tak punya keinginan, dalam
berbagai cara Allah membuat mereka menjadi raja. Saat kalian tidak
menunjukkan keinginan…. Nabi saw tak pernah punya suatu keinginan.
Allah membuatnya beliau sebagai Rasul terakhir. Orang suci, mereka
tunduk pada kehendak Allah (swt) dan kehendak nabi saw.
Allah menjadikan mereka orang2 suci. Saat kalian menundukkan diri
pada kehendak guru kalian, maka beliau akan mengangkat kalian dan
mempercayai kalian untuk membawa amanah umat dibawah pengajaran
kalian.Itulah hal yg penting, tunduk. Tidak bangga akan gagasan dan
pikiran kalian sendiri.

Ini adalah suatu kutukan, jika kalian bangga dgn pikiran dan gagasan
diri sendiri. Kalian seorang pecundang.
Saat ini, karena arogansi, kesombongan, anak2 tidak menerima apa yg
orang tua katakan. Orang tua tidak menerima apa yg orang yg lebih
tua katakan. Tiap orang berlari dalam jalan mereka sendiri2. Mereka
tidak mau mendengar apa yg Islam dan Qur'an katakan.
Mereka mendengarkan hanya yg dunia katakan pada mereka, dan apa yg
setan katakan pada mereka, dan nafsu2 buruk yg dibisikkan.

Lihat anak laki2 itu. Siapa namanya ? Hamdaan. Bagaimana dia
membawakan ( bacaan qur'an. Pentj )? Berapa umurmu ? 12 tahun. Dia
membaca lebih baik dari semua yg berada diruangan ini. Dia berumur
12 th, dan kita ini berumur 70, 80, 90, 60, 50, 40, 30. Dunia ini
tak ada dihatinya.

Yg lain, Allah memberi mereka – bukannya belajar membaca seperti
Hamdaan, mereka sedang belajar bagaimana menyanyikan lagu-lagu, MTV,
video klip, diskotik, mengejar wanita cantik, artis, aktris. Ini
gaya hidup yg seorang yg masih sangat muda dlm meningkatkan
kepatuhan pada Allah. Dia akan berada dalam bayang2 singgasana Allah
saat kiamat nanti.

Nabi bersabda, " Yang tujuh akan berada dibawah bayang2 Allah saat
kiamat. " Saat matahari akan membakar otak tiap orang. Allah akan
menaungi ke tujuh kelompok itu. Salah satu dari mereka
adalah "waladun nasha `ala ta`atillah," – seorang anak yg tumbuh
dalam kepatuhan pada Allah."
Yang lain adalah walad , yang tak pernah mengatakan "huh" pada ayah
bundanya saat dia hidup. Allah menaunginya.

Orang kaya saat ini atau mereka yg berpenghasilan menengah sedang
mengejar segala yg kotor; dan anak tadi yg tak punya apa2 mengejar
kepatuhan pada allah, sangat berlawanan.

Namun kita masih mengatakan bahwa Allah ( swt ) selalu penuh
ampunan. Dan Allah swt telah mengatakan pada Nabi saw:
"wa maa arsalnaaka illa Rahmatan lil `aalameen."
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam. [21.107]

Jadi insya Allah kita akan, masing2 dari kita akan berada dibawah
ampunan Allah swt. Mereka yg sedang berlari kesana dan kemari, Allah
memberi mereka ampunanNya ( amin ).
Wa min Allahi 't-tawfiq, bi hurmati 'l-Fatiha

Hakikat Zuhud


Hakikat Zuhud

Mutiara Ihya ulumuddin

Yang dimaksud dengan hakikatnya zuhud adalah menolak sesuatu serta mengandalkan yang lain. Maka barangsiapa yang meninggalkan kelebihan dunia serta menolaknya dan mengharapkan akhirat maka ia juga zuhud di dunia.

Sedangkan derajat zuhud yang tertinggi adalah jika ia tidak menginginkan segala sesuatu selain Allah SWT bahkan akhirat. Zuhud haruslah disertai pengetahuan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Amalan yang timbul dari suatu keadaan ialah sebagai pelengkap dari suatu keinginan terhadap akhirat. Sedangkan segala amalnya bagaikan pembayaran harga dengan memelihara harta serta anggota tubuh dari segala yang. bertentangan dengan jualan ini. Sedangkan keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat sebagai berikut:

Allah SWT. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bwni sebagaiperhiasan baginya agar Kami dapat menguji mereka siapa yang terbaik perbuatannya di antara mereka". (QS. Al-Kahfi: 7)

Allah SWT. telah berfirman, "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan tersebut baginya, serta barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, maka akan Kami berikan kepada mereka sebagian keuntungan dunia serta tidak akan ada bagktya suatu bagian pun di akhirat". (QS. Asy-Syura: 20)

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Barang siapa yang menginginkan di dunia, maka Allah SWT. akan mencerai beraikan pikiran beserta harta bendanya dan sebagian besar kemiskinannya ada di depan matanya, sedangkan dunia tidak datang kepadanya melainkan yang ditetapkan baginya. Sedangkan barang siapa yang keinginannya adalah akhirat, maka Allah SWT. akan menyatukan pikiran serta memelihara harta bendanya dan menjadikannya semua kekayaan di dalam hatinya dan dunia pun akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Jikalau engkau telah melihat seseorang yang dikaruniai sifat tenang serta menjauhi dunia, maka dekatilah dia, sebab mereka bagimu akan memberi sebuah hikmah".

Rasulullah Saw. juga telah bersabda, "Jikalau engkau ingin dicintai oleh Allah SWT. maka jauhilah keduniaan, niscaya Allah akan mencintaimu".

Pada saat haritsah berkata kepada Rasulullah Saw., "Aku seorang mukmin yang benar?" Rasulullah Saw. berkata, "Apakah yang engkau ketahui tentang hakikat imanmu? Maka Haritsa menjawab, "Diriku telah menjauhi dunia sehingga batu serta emasnya ialah sama bagiku. Seakan-akan aku telah melihat surga dan neraka dan seakan-akan menyaksikan Arsy Tuhanku".

Maka Rasulullah Saw. telah berkata, "Engkau telah mengetahuinyaj maka tetapkanlah. Inilah salah satu contoh hamba yang diterangi hatinya oleh Allah SWT. dengan iman". Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang penjelasan firman Allah SWT, "Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah SWT. hatinya untuk (menerima) agama Islam, kemudian ia mendapatkan cahaya dari Tuhannya (sama halnya seorang yang telah membantu hatinya". (QS. Az-Zumar:39),

Didalam Firman yang lain, "Barang siapa yang Allah ingin memberinya sebuah petunjuk niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam". (QS. Al-An'am: 125).

Maka Rasulullah Saw. pun menjawab, "Sesungguhnya cahaya tersebut jikalau masuk ke dalam hati, maka dada pun menjadi lapang dan terbuka".
Ada seseorang yang telah berkata, "Ya Rasulullah, apakah keadaan tersebut ada tandanya?"
Maka beliau menjawab, "Ya, dengan menjauhi sebuah negeri yang terdapat tipu daya (dunia) serta kembali ke negeri yang kekal (akhirat) dan akan siap untuk menghadapi kematian yang akan tiba".
Jabirra. telah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkhutbah kepada kami seraya berkata, "Barang siapa dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa dicampuri dengan yang lainnya, maka ia pun akan masuk surga".
Lalu Ali ra. juga telah bersabda, "Ayah dan ibuku yang akan menjadi tebusanmu, ya Rasulullah, apa yang tidak bercampur dengannya, coba terangkan ia kepada kami". Maka Rasulullah Saw. berkata, "Cinta dunia dengan mencari serta dengan mengikutinya. Orang-orang yang mengatakan perkataan Nabi-nabi serta mengamalkan perbuatan orang-orang yang sombong. Maka barang siapa yang datang membawa kalimat "Laa ilaha illallah " tanpa dicampuri sesuatupun dari ini, maka wajiblah surga baginya". Di dalam suatu kabar telah disebutkan, "Kedermawanan itu termasuk serta keyakinan serta tidak masuk mereka orang yang yakin, sedangkan kekikirannya termasuk keraguan serta tidak masuk surga siapa yang ragu".

Diantara tiga macam derajat zuhud
Yang pertama, memaksakan zuhud terhadap dunia serta memerangi nafsunya di dalam usaha meninggalkannya walaupun disukainya. Ini ialah orang yang memaksakan zuhud serta mudah-mudahan berlangsung terus sampai ia mencapai zuhud.

Yang kedua, ia bersifat zuhud terhadap duia dengan suka rela sebab meremehkannya disamping ada yang diharapkannya. Seperti halnya orang yang sedang meninggalkan satu dirham demi dua dirham serta ini tidaklah memberatkannya, akan tetapi ia harus memperhatikan keadaan dirinya. Ini juga telah mengandung sebuah keknrangan. Yang ketiga, zuhud yang paling tinggi, yakni jikalau seseorang bersifat zuhud dengan suka rela serta tidak pernah merasakan zuhudnya, sebab ia tidak menganggap bahwa ia telah meninggalkan sesuatu sebab ia tahu bahwa dunia bukan apa-apa.

Maka, ia bagaikan orang yang sedang meninggalkan tanah yang liat serta mengambil permata. Ia tidak pernah menganggap itu sebagai pengganti, sedangkan dunia sendiri kalau dibandingkan dengan akhirat maka tidak ada artinya.

Telah berkata Abu Zaid ra. kepada Abi Musa Abdurrahman, 'Tentang apa anda berbicara".
Maka ia menjawab, 'Tidak lain tentang zuhud".
Kemudian Abu Zaid berkata, "Zuhud terhadap apa?"
Sedang Abu Musa menjawab, 'Terhadap dunia".
Maka Abu Zaid telah membebaskan tangannya seraya berkata, "Aku sedang mengira bahwa ia berbicara tentang sesuatu bagian dunia, bukan sesuatu yang ia bersikap zuhud terhadapnya".

Seperti orang yang sedang meninggalkan dunia untuk akhirat menurut ahli makrifat serta para pemilik hati yang dipenuhi penyaksian serta mukasyafat ialah bagaikan orang yang sedang dihalangi anjing yang sedang memasuki pintu seorang raja, lalu ia melemparkan sepotong roti kepadanya sehingga melalaikan anjing tersebut serta ia pun masuk pintu dan akan mendapatkan kedudukan di sisi raja hingga ia melaksanakan perintahnya di seluruh kerajaannya. Tidakkah engkau melihat telah mendapat di sisi raja dengan sepotong roti yang sedang dilemparkannya kepada anjing dengan imbalan tersebut?

Setan itu anjing di pintu raja, yakni Allah SWT. Ia mencegah manusia bisa masuk, sedangkan pintu terbuka dan tabir terangkat, sedangkan dunia tendiri bagaikan sepotong roti. Jikalau engkau sedang memakainya, maka kelezatannya hanya bersifat sementara serta akan habis ketika sudah ditelan, lalu tinggal berat di perut besar, lalu menjadi busuk, serta perlu dikeluarkan yang dalam bentuk kotoran. Maka barang siapa yang meninggalkannya hanya untuk memperoleh sebuah kedudukan di sisi seorang raja, bagaimana ia perlu memperhatikannya?

Sebagaimana perbandingan dunia yang bersih dengan akhirat lebih sedikit daripada sepotong roti terhadap raja dunia, sebab tidaklah bisa dibandingkan antara sesuatu yang habis derigan sesuatu yang amat dekat, walaupun sedang berlangsung sejuta tahun bersih dari berbagai kekeruhan. Maka akan menantikan kesudahannya dengan kemusnahan. Jikalau demikain halnya, maka ketahuilah bahwa derajat yang tertinggi ialah jikalau engkau jauhi segala sesuatu selain Allah SWT. demi mengharapkan ridla-Nya. Maka hal tersebut dilakukan dengan mengenal-Nya serta mengenal kedudukan-Nya yang amat tinggi. Maka janganlah mengandalkan makan, minum, nikah, tempat tinggal, serta segala kebutuhanmu, melainkan sekedar yang engkau perlukan saja tidak lebih untuk menegakkan badan serta menghidupi dirimu. Inilah zuhud yang hakiki (mutlak). Wallahu A'lam

HAK TETANGGA"..

ماشاءالله تبارك الله ياتريم واهلها "TERMASUK HAK TETANGGA".. DOSA YANG MEMBUAT PARA MALAIKAT MENANGIS‎ Diriwayatkan bahwa ...